Wednesday, November 30, 2016

Perjalanan dan Tips Mencari Alat Bantu Dengar yang Cocok

Hi jadi saya mau cerita tentang pengalaman mencari alat bantu dengar yang cocok untuk mertua saya.
Dulu sekitar 9 tahun yang lalu mertua saya pernah tes audiometri di ABDI (Alat Bantu Dengar Indonesia) yang beralamat di Matraman, Salemba. Dan hasilnya ternyata kerusakan pendengaran sedang. Dan belilah dia alat bantu dengar dengan merek Phonak seharga 4 jutaan tipe ITE (in the ear) dan ga betah serta ga nyaman. Rasanya gatal, dan kualitas suara yang dihasilkan begitu ga bagus. Jadi akhirnya alat tersebut malah ga kepakai.

Perlu diketahui proses memilih ABD itu memang kompleks. Tidak semudah memilih kacamata. Jadi penting sekali memilih audiologis yg bagus. Begini kira2 analoginya:

Ini yang terjadi ketika kamu memiliki gangguan penglihatan. 
Ini yang terjadi pada kuping kamu ketika memiliki gangguan pendengaran.

Jadi ketika misalnya ada 2 orang menderita kekurangan pendengaran di level yang SAMA, belum tentu kemampuan mendengarnya juga sama. Si A dapat mendengar jelas suara lawan bicaranya di situasi yang berisik (di konser musik, kondangan, etc), dan justru tidak bisa mendengar jelas ketika lawan bicaranya di situasi tenang (rumah sakit, etc). Dan si B sebaliknya.

Dan sebelum memutuskan memakai ABD, pastikan dulu penyebab kerusakan pendengarannya karena apa, karena kerusakan pendengaran yang bisa ketolong dengan ABD adalah kerusakan pendengaran ringan dan sedang yang disebabkan oleh sel pendengaran dalam otak sudah tidak berfungsi dengan normal lagi. Untuk kerusakan pendengaran tuli berat bisa pakai ABD tipe khusus yang ditancepin ke kepala lo. Iya jadi tulang di belakang telinga lo semacem dilobangin melalui oprasi ringan untuk menancapkan ABD tsb agar suara-suara yang ditangkap oleh ABD bisa langsung dihantarkan ke syaraf-syaraf pendengaran di dalam otak (gue lupa deh nama ilmiahnya apa). Nah, kalau kerusakannya adalah tuli total, yang mana lo ga bisa dengar suara apapun, itu pilihannya adalah dengan implan koklea, kepala lo akan dibedah dan "ditanam" mesin, yang biaya oprasinya ratusan juta!

Kalau yang terjadi adalah kerusakan telinga bagian luar dan tengah, misalnya gendang telinga sobek atau infeksi, itu masih bisa disembukah dengan oprasi kalau ga salah inget biayanya 20-30 jutaan. Jadi wajib banget sebelumnya konsultasi ke dokter THT ya, tanya aja saya budeg kenapa?

Singkat cerita, baru2 ini akhirnya mertua saya ingin kembali memakai alat bantu dengar. Maka pencarian alat bantu dengar yang cocok pun dimulai. Langkah awal adalah dengan mencari tempat-tempat penjualan alat bantu dengar yang telah memiliki reputasi. Pilihan jatuh ke 4 tempat: A KASOEM CIKINI, ABDI Salemba, OPTIK MELAWAI Blok M, dan Hearing Vission.  

Sebelum saya mendatangi tempat itu satu-satu, saya juga sempet googling dulu merek-merek ABD. Dan ternyata ada banyak banget merek ABD yang dijual di pasaran. Salah satu website yang paling komprehensif membahas review ABD secara lumayan lengkap menurut saya adalah consumer affairs  


Di web tersebut terpampang nyata merek ABD dengan rate terbaik adalah Miracle-Ear, sayang saya buka websitenya baru ada di Amerika aja. SKIP!
Lalu brand lain yang menarik perhatian saya adalah Embrace-Hearing. ABD dengan harga jual jauh lebih murah. Bisa lebih murah karena dia ga punya klinik, penjualan dan interaksi 100% lewat internet. Terus gue mulai ngitung-ngitung, biaya ongkir USA-JKT bisa sejutaan lah, terus kalau masuk indo pasti kena pajak bea cukai yang ga kecil yang bahkan bisa lebih mahal dari harga barang itu sendiri karena impor barang mahal. Oke, SKIP juga! Lantas, tinggal 2 Brand aja yang bikin gue tertarik, Beltone & Resound. 
Sayangnya, di Indonesia ini sama sekali ga ada outlet resmi brand-brand ABD, adanya distributor alias tangan kedua. Paling deket ada di Singapura, outlet resmi Beltone. Jadi ya cus deh gue ke A. Kasoem:

1. A. Kasoem Cikini
Awalnya kami mau mencoba tes audiometri di A Kasoem sekalian tanya-tanya, tapi ternyata biaya tes audiometri disana cukup mahal, 200.000 dan merek abd yg dijual hanya ada merek Oticon. Jadi kami skip dulu.

2. ABDI 
Kami datang ke ABDI dengan rencana mau Tes audiometri terlebih dahulu sekaligus minta rekomendasi tentunya. Biaya tes audiometri di ABDI sebesar 55.000.
Dan sebelum tes kedua telinga diperiksa dulu. Dan ternyata telinga kanan mertua saya kotor. Jadi belum bisa dites audiometri. 
Jadi inget-inget ya, sebelum tes audiometri kedua telinga harus dalam keadaan bersih! 
Akhirnya yaudah, kami disana minta rekomendasi aja. Berikut alat-alat bantu dengar (katalog) yang tersedia di ABDI.



Harga termurah mulai dari 3,5 juta. Biasanya untuk yang murah seperti ini, kualitas suara yang dihasilkan ga begitu bagus.


Semakin mahal, suara yang dihasilkan semakin alami mendekati pendengaran normal.

Di level harga 28 jutaan alat bisa terkoneksi dengan aplikasi di iPhone, jadi pemakai bisa setting tinggi rendahnya suara-suara yang dihasilkan, seperti trebel & bass. Sayangnya belum support untuk android.

Harga termahal ada di kisaran harga 32juta :')

Daftar harga dan alat yang dijual daftar berubah sewaktu waktu.

Rate: Sorry buat saya pribadi secara keseluruhan bintang 2 deh. 

(-) Ga bisa cicilan 
(-) Nunggunya lama 
(-) Ini yang terpenting, calon pembeli ga bisa coba alatnya dulu. Harus bayar lunas dulu baru dicobain alatnya. oke SKIP! (Pokoknya guys, jangan pernah beli ABD sebelum dicoba terlebih dahulu. Karena alat tersebut belum tentu cocok dan nyaman)
(+) bisa liat lengkap daftar produknya. 

Ga ngerti juga gue kenapa disini bisa ramai dan harus nagntri selama itu. Mungkin karena tempat yang strategis kali ya dan promosi yang masif karena fb page ABDI ini sangat responsif ke customer dan sering bagi-bagi abd gratis (yang murah) hehe.


Website: ABDI 


3. Pusat Alat Bantu Dengar Melawai


Pas sampai disana dan buka pintu utama saya sempet bingung kok ini jual kacamata doang ya. Ternyata di pojokan ada lift, dan PABD MELAWAI ada di lantai paling atas. Pas udah naik saya kira bakal ramai karena hari itu hari sabtu ternyata engga. Dan ga seperti di ABDI Salemba yg mana saya harus nunggu sekitar 2 jam hingga akhirnya sampai giliran untuk bisa konsul. Kalau di Melawai saya cukup ke resepsionisnya dan nunggu ga sampai 10 menit saya udah disuruh masuk ruangan kedap suara untuk tes audiometri. 
Dan tentunya sebelum tes audiometri lo harus bersihin telinga dulu ya sampe bersih sih sih! Biar ga disuruh pulang lagi kaya waktu di ABDI.

Di Melawai itu pegawainya banyak banget dan rada gabut gitu hahaha. Dan kalau di ABDI audiologisnya masih muda sekitar awal 20an. Nah kalo di Melawai audiologisnya sudah berumur, sekitar 60an lebih kira-kira. Jadi saya agak segen nanya-nanyanya. Tapi anggap aja dia udah berpengalaman dan udah menangani banyak konsumer sebelumnya. 
Dan kalau Melawai ini calon pembeli akan ditanya-tanya dulu seputar masalah pendengarannya. Seperti sejak kapan kehilangan pendengaran? Tiba-tiba atau berangsur-angsur? Sejak umur berapa? Kesulitan mendengar di dalam kondisi seperti apa? Suka denger pake headset apa ga? Pernah tinitus apa ga? Dsb.


Baru setelah itu kupingnya diperiksa, kalo bersih lanjut audiometri. Dan setelah Tes audiometri saya nanya kan, bisa ga kita coba dulu gitu alat bantu dengar supaya sebelum membeli alat, mertua saya tau kualitas suara yang dihasilkan itu kaya gimana. Dan ternyata boleh! 
Sejak awal saya memang menegaskan mau beli alat yg high end. Sayang alat bantu dengar yang ingin dicoba dengan merek Resound LinX, sebuah alat yang paling mutakhir di kelasnya, ga bisa dicobain.


Jadi alat yang bisa dipercobakan itu merek Widex yang kata audiologisnya sebelas dua belas lah sama resound. 
Dan katanya setelah dicoba suaranya ya memang tidak sealami pendengaran normal, masih seperti mesin. Tapi percakapan di dalam ruangan jadi terdengar jelas.


Jeritan hati gue: plis dong buat semua hearing center kaya gini juga napa! Dimana sebelum beli, kita bisa cobain dulu SEMUA alatnya. Kalau bisa semua alat yang dijual bisa kita cobain buat banding. Dan semuanya dari konsul - tes audiometri - coba alat itu 100% GRATIS kaya di Melawai ini. 
Lebih bagus lagi kalau udah beli masih bisa dikembalikan kalo ga cocok atau ditukar dengan alat lain. Secara kan alat bantu dengar itu ga murah (so far sih belum ada dealer alat bantu dengar di Indonesia  yang punya retur atau exchange policy).

Kemudian setelah coba alat kita dikasih surat penawaran alias surat rekomendasi gitu deh. 
1. Widex seharga 40 jutaan dapet 2 biji untuk kuping kanan kiri. 
2. Atau Resound LinX yang harganya 30 jutaan sebiji. Kalo beli 2 ya jadi 60 jutaan!

Bapak Audiologisnya cenderung menyarankan mertua saya beli Widex. Dan galaulah saya, dan akan dipikirkan kembali setelah saya ke Hearing Vision.


Ratenya bintang 3 deh. 

(+) Servis cepet, ga usah nunggu lama. 
(+) Bisa cicilan. 
(+) Suka ada diskon 20%, pantau aja facebook pagenya.
(+) audiometrinnya GRATIS! 
(-) Tapi ga dapet recap hasil audiometrinya.
(-) Ga bisa coba semua produk. Kalau mau coba produk tertentu yang lo taksir, mending buat janji dulu deh kayanya.

Website: MELAWAI 


4. Hearing Vision 


Hearing Vision punya lumayan banyak cabang di Jakarta. Saya dan mertua sengaja datang yang di Sunter karena pusatnya disitu. Walaupun lokasinya jauh banget dari rumah saya.
Disini audiologisnya mba-mba gitu, asik sih orangnya walau agak jutek  dikit. Disini juga ga ngantri sama sekali. Untuk biaya audiometrinya sebesar 90.000 dan dapet rekap.

Yang paling plus dari Hearing Vision menurut saya adalah setelah tes audiometri calon pembeli bisa pilih alat mana aja yang mau dicoba. Dan disini cuma jual merek Beltone aja ya. Mertua saya coba Beltone Promise 17 seharga 32juta/pcs.  
Walau sayang, sama seperti tempat lain, Hearing Vision ga ada trial policy.

Rate dari gue: bintang 3,5. 
(-) bisa cicil tapi cuma buat Kartu Kredit BNI aja
(+) ga ngantri 
(+) Setelah pembelian alat, gratis setting ulang selamanya walau udah lewat masa garansi. (Untuk tempat lain gue ga tau juga bisa gratis selamanya apa ga karena gue lupa nanyain)
(+) bisa coba alat manapun yang ada disana. 
(-) Kalo bisa trial & return bintang 5 deh. 

Website: Hearing Vision


Setelah dari sini. Keputusan harus dibuat, alat mana yang harus gue beli? Gue beli widex sepasang 40jt atau resound sebiji 30jt? Dan kebetulan Melawai lagi ada diskon 20% untuk semua produknya. 
Atau gw beli Beltone Promise sebiji 32 juta? Kalau beli 2 jelas ga sanggup! 
Di tengah pertapaan gue buka-buka lagi website consumers affairs, gue baca satu-satu reviewnya. Even Widex ga masuk list, yang mana kayanya belum banyak orang yang pake Widex. Jadi skip deh.


Terus lanjut gw baca review Resound satu-satu. Ternyata banyak keluhan terkait servis dan kualitas produk itu sendiri. Dan mungkin aja kan Melawai lagi mau ngabisin stock makanya di diskon produk-produknya.


Lalu gw baca review Beltone satu-satu. Dan mayoritas reviewnya positif. Dari segi servis dan kualitas produknya. 
Perlu diketahui, setelah pembelian ABD kita pasti bolak-balik ke dealer untuk beli baterai dan setting alat. Karena settingannya harus disetting ulang setiap kurang lebih 6 bulan atau saat kita ngerasa settingannya ga pas (terlalu kecil atau terlalu keras). 

Akhirnya saya memutuskan untuk membeli Beltone Promise untuk mertua saya. Karena dipikir-pikir buat apa diskon dan lebih murah kalau alatnya rewel. Sedangkan dari servis kedepannya juga gw belum tau ya, karena Melawai dan Hearing Vision itu sama, cuma dealer aja gitu, tangan kedua.
Tapi yang terpenting adalah kualitas alat itu sendiri aja dulu deh.


Oh iya, ABD ini kita bisa pilih tipe modelnya mau yg jenis apa. Tipe yang BTE (Behind the ear) atau ITE (in the ear). Pilih yang nyaman, jangan asal kecil dan ga keliatan aja. 
Kalau untuk mertua saya sih, dia pilih yg BTE. Karena ga perlu bikin cetakan lubang telinga (mold). Untuk tipe ABD yang pakai mold itu agak susah masukinnya, terlebih lagi kalau telinga lagi kotor itu akan terasa sangat gatal.


Saya putuskan untuk beli 1pcs dulu, 1nya nyusul lagi kalau udah ada duitnya hehe. 
Selain itu mungkin nanti belinya di tempat yang bisa trial. Sebelumnya saya sempat email Beltone Singapore, dan mereka ternyata ada trial policy selama 30 hari. Dan siapa tau nanti lagi ada diskon atau Beltone udah buka outlet resmi di Indonesia. Oh iya kalau misalnya mau beli 1 alat aja, harus dipastiin ke calon pemakai kira-kira lebih enak mana telinga kiri atau kanan. Karena seringkali kondisi telinga kanan dan kiri itu beda.


Lalu akhirnya saya beli juga nih beltone promise 17. Harga awalnya kan 32jutaan ternyata lagi diskon, harganya jadi 29jutaan "aja" hahaha.


Rasanya agak aneh gimana gitu pas megang alat sekecil ini tapi harganya bisa buat beli 2 motor matic!

Kalau awalnya dulu pertama kali datang kita ke Hearing Vision cabang Sunter, kali ini kita beli alatnya di cabang Dharmawangsa Square dengan alasan jauh lebih deket. Pelayanan ga beda jauh, dan tempatnya sepi juga. Duh kenapa harga alat bantu dengar digital ini ga masuk akal banget ya mahalnya, kenapa harganya ga dibikin lebih murah macem smart phone gitu kan jadi lebih banyak yang beli!

Oh iya di Hearing Vision ini kalau nanti misalnya alatnya udah rusak dan kita mau ganti model abd yang baru, maka alat bantu dengar kita yang lama bakal dibeli dalam keadaan apapun seharga 20% dari harga beli. So far sih belum bisa cerita banyak soal hearing experience nya gimana, wong alatnya juga baru dibeli. 

Tapi lumayan enak dipakainya, ga terasa gatal dikuping dan ga memberi efek telinga ketutup rapet. Ga seperti alat bantu dengar yang sebelumnya dipakai mertua gue yang tipe dimasukin ke dalam kuping yang terasa sangat gatal dan kuping terasa disumpel lilin. 
Jadi sejauh ini menurut gue belum ada dealer alat bantu dengar yang bener-bener oke hehe. Nasib negara dunia ketiga! Semoga kedepannya ada dealer yang bisa kasih layanan: cicilan dari bank apa aja, calon pembeli bisa coba semua alat yang dijual, dan yang terpenting alatnya bisa dibalikin atau ditukar kalau ternyata kita ga cocok. Amin! 

!Update! 

Jadi setelah mertua saya pakai hearing aid setahunan, kemampuan mendengar jadi meningkat sekitar 80%. Memakai hearing aid, kita jangan berekspekstasi kemampuan mendengar akan menjadi 100% ya, terlebih lagi bila alatnya yang kelas low end dan belinya hanya 1 biji. 
Yang dapat didengar kembali oleh mertua saya seperti: suara kipas angin, suara ac, suara orang lalu lalang di luar rumah, suara radio mobil, suara tv, dan yang terpenting dia dapat mendengar suara lawan bicara secara utuh terutama di tempat-tempat seperti rumah sakit atau bank atau sedang ngobrol di mobil, jika tidak memakai hearing aid dia akan sulit sekali mendengar suara-suara di tempat tersebut. Sekarang dia juga bisa ngobrol di atas motor, dengan syarat si supir harus nengok ke belakang sedikit saat berbicara. Oh iya hearing aid ini masih bisa dipakai ketika kita memakai helm, dengan catatan helmnya harus longgar. 

Suara-suara yang masih sulit didengar yaitu ketika lawan bicara memakai masker, contoh dokter di rumah sakit. Jadi walaupun sudah memakai hearing aid, tetap harus membaca gerak bibir dalam kondisi tertentu. Selain itu juga jika background suasana bising dan ribut, contoh waktu di acara kondangan dia tidak dapat mendengar jelas suara saya yang sedang berbicara padanya. 
Terhitung sudah 2 kali saya kembali ke hearing vission untuk mengurangi noise. Mendengar suara dalam kebisingan memang menjadi yang paling challenging untuk pemakai hearing aid. 
Dan karena hearing aid ini memiliki fitur  me-reduce noise, maka jika kita memanggil-manggil dia di tempat bising dari kejauhan suara kita akan ikut teredam. Maka daripada memanggil-manggil lebih baik dicolek saja. 
Lalu untuk mendengar bahasa inggris juga masih sangat sulit, jadi jangan berekspekstasi tinggi kita jadi bisa ngobrol-ngobrol inggris deh walau sudah memakai hearing aid :(

Dari segi alat, performancenya udah baguslah yah. Namun agak kecewa, belum setahun pemakaian alatnya kadang suka mati mendadak lalu nyala sendiri beberapa detik kemudian, kita sempet bawa ke hearing vision katanya ini katena baterai yang kotor. Jadi sebelum mengganti baterai baru, baterainya harus di lap dulu supaya bekas lem pelapisnya bersih. 
Semoga alatnya bisa awet ya, lagipula alatnya juga ga setiap hari dipakai, hanya saat-saat mertua saya memerlukan saja. 
Untuk baterai harganya 50 ribu isi 6pcs. 1 baterai bisa bertahan kurang lebih 24 jam pemaikaian. 


Nah segitu dulu ya updatenya. Semoga dapat membantu teman-teman yang sedang berjuang mencari hearing aid yang cocok!


Monday, November 14, 2016

Pengalaman dan Tips Berobat ke poliklinik THT Puskesmas

Kali ini saya mau cerita pengalaman pribadi berobat ke Puskesmas. Terakhir kali saya ke Puskesmas itu dulu banget pas saya masih balita. Dan sekarang setelah denger-denger pelayanan puskesmas udah bagus dan murah bahkan gratis saya jadi tertarik berobat kesana.


Begini, telinga kiri saya itu sering banget bermasalah. Gatel dan cepet kotor dan kalau kemasukan air jadi mampet, jadi tiap kali mampet ga bisa cuma pakai cotton buds atau obat tetes biasa. Bener-bener harus disedot kotorannya di dokter THT.
Sebelum ke Puskesmas, saya udah sering bersihin kuping saya di klinik THT RSUD maupun klinik swasta yang sekali bersihin kuping doang bisa abis ratusan ribu. Jadi saya mikir ga worth it aja, harga segitu cuma buat pengobatan "sepele". Jadi dulu sebelum nyoba ke Puskesmas, saya sempet ke klinik THT swasta, SS Medika yang berlokasi di Salemba Jakpus. Nah itu saya abis 235.000 cuma untuk bersihin kuping doang. Walau memang canggih sih disana jadi ada alat seperti pulpen berkamera yang dimasukan ke dalam lubang telinga kita, lalu terihat di monitor tv kondisi di dalam lubang telinga kita kaya apa. Untuk biaya bersihin kotorannya sendiri sih cuma 35000, dan biaya konsultasinya 200.000! Padahal kosnsultasinya juga biasa aja, dan singkat banget. So, gara-gara tekor bayar segitu, jadilah saya beranikan diri ke Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Saya meluncur dari rumah saya di bilangan Lenteng Agung dengan segudang keraguan. 



- Kira-kira ngantrinya panjang gak ya?

- Dokternya jutek dan ogah-ogahan ga ya?
- Sistemnya jelas gak ya?
- Dan yg terpenting, di sana ada poli THT gak ya? Jangan-jangan cuma ada poli dokter umum dan gigi doang lagi.

☆ tips: setiap memilih puskesmas, usahakan pilih yang 1 kecamatan sesuai dengan alamat KTP kamu.

Sesampainya disana jam 10an, terlihat antrian puanjaaanng di sebelah kanan gedung. Tapi saya langsung masuk aja ke lobinya. Dan tanya ke satpam kalo mau daftar kemana? Dia bilang katanya kesana, ke tempat antrian di luar tadi untuk ambil nomer. 

Begitu sampai langsung terlihat antrian panjang ini di halaman luar Puskesmas.


Saya pun ambil nomer. Dan di kertas ada tulisan loket 1-4, saya cari di sekitar ga ada loket 1, akhirnya saya samperin lagi satpam yg tadi buat nanya dimana itu loket 1? Ternyata ada di lantai 2! Antrian panjang itu ternyata antrian apotek untuk ambil obat. Naiklah saya ke lantai 2, dan terlihat antrian membludak lainnya. Dan disitulah saya harus menunggu nomer saya dipanggil.

Tapi walaupun antriannya panjang, pelayanannya lumayan cepet kok. Total ada 4 loket, dan uang pendaftaran cuma 5000 perak aja dan cuma diminta KTP. 

Antrian di loket pendaftaran lantai 2.


☆ tips: datang sebelum jam 11 karena pendaftaran puskesmas tutup jam setengah 12 siang.


Setelah itu saya dikasih kertas untuk langsung ke poli THT. Setelah muter-muter ga ketemu-temu dimana poli THT nya, akhirnya saya tanya dimana, dan ternyata poli THT digabung 1 ruangan sama poli Umum.

Pikiran saya jadi ga enak, Jangan-jangan nanti diperiksanya cuma kuping dikasih senter doang lagi, terus kupingnya dibersihkan ala kadarnya, bukan dengan bangku khusus buat sedot telinga yg biasanya ada di klinik THT.
Untungnya antrian di sana ga terlalu panjang, dan ketika nama saya dipanggil lalu saya masuk ke ruangan, ternyata bangku khusus tersebut ada di balik pintu, deuhh pantes aja ga keliatan!

Kemudian saya dipersilahkan duduk untuk dibersihkan telinganya. Dan sejauh itu petugas-petugasnya lumayan ramah kok.

Bahkan dokter THT nya sempet bercanda, "nih congeknya mau dibawa pulang ga?" Hahaha 

Layanan-layanan yang ada di Puskesmas. Lumayan lengkap juga kan.

Dokter-dokter di Puskesmas juga seringkali didatangkan dari RSCM.

☆ tips: kalau mau ke Puskesmas lebih baik datang pada hari kerja. Kalau hari sabtu pasti jauh lebih ramai lagi.


Setelah selesai, saya dikasih nota untuk dibawa ke kasir (tempat pendaftaran tadi), dan ternyata biaya bersihin telinga di Puskesmas adalah sebesar 30000 saja.

Ya lumayan banget lah dibanding harus ke klinik swasta yg bisa abis ratusan ribu. Oh iya saya ga pakai BPJS loh. Saya kesini cuma bermodalkan KTP aja.
Total biaya yg dikeluarkan 35000, dan saya datang jam 10 pagi, jam setengah 1 siang udah balik.
Jadi kalau mengalami sakit yg ga terlalu parah, coba aja berobat di puskesmas sesuai dengan kecamatannya masing2. Semoga membantu dan cepat sembuh!

UPDATE: Sekarang berhubung saya sudah mempunyai kartu BPJS / KIS, saya sudah tidak perlu lagi ke berobat ke Puskesmas ini dan tentunya ga perlu bayar lagi hehe. Silahkan dibaca detilnya: Proses Pembuatan BPJS & Pengalaman Berobat di RS Rujukan Siloam Hospitals

Tuesday, October 25, 2016

Pengalaman menjadi Nasabah Bank BNI, BCA, dan Commonwealth

Disini saya mau berbagi pengalaman sebagai nasabah dari 3 bank di Indonesia. Yaitu BNI, BCA, Commonwealth bank, siapa tahu berguna. 

Ini 100% real pengalaman saya selama bertahun-tahun menjadi nasabah mereka. Tidak ada maksud mejelek-jelekkan ataupun promosi. Dengan harapan dapat membantu jikalau ada teman-teman yang sedang ingin membuka rekening dan semoga dapat menjadi kritik dan masukan untuk bank-bank tersebut.


1. BNI
Ini bank pertama yang saya punya, dibuat waktu jaman kuliah dulu pada tahun 2010. 
Jujur saya membuka rekening BNI karena terpaksa sebenarnya karena tempat saya kuliah memiliki afiliasi dengan BNI untuk membayar segala jenis uang perkuliahan. Padahal saya belum membutuhkan rekening bank pada saat itu dan anggota keluarga saya tidak ada yang punya BNI.

- Tidak lama setelah saya memiliki rekening BNI, saya mendapat telepon dari agen asuransi Sunlife. Dia menawarkan saya menjadi nasabah asuransi mereka. Jika saya setuju tiap bulan dana di rekening saya terpotong otomatis untuk pembayaran premi.
Saya menduga sepertinya data-data nasabah BNI dijual kepada agen-agen asuransi. Kalau tidak, darimana mereka tahu saya adalah nasabah BNI dan tahu nomer handphone saya. 
Beruntung hal ini terjadi sekali saja itupun dulu, semoga sekarang tidak lagi. Dan saya juga sudah ganti nomer handphone.

- Sejak lulus kuliah rekening BNI saya kurang terpakai. Karena jarang orang yang punya rekening BNI, kebanyakan BCA. Jadilah rekening BNI hanya menjadi saving account saja.

- BNI memiliki online security system yang ketat. Dan kadang buat saya itu menjadi hal sangat menjengkelkan. Misalnya tiap kurun waktu tertentu (setahun kalau tidak salah) kita diwajibkan mengganti password ebanking. Jadi resiko lupa password besar sekali, apalagi buat saya yang jarang-jarang aja membuka ebanking BNI. 
Pernah beberapa kali saya tidak bisa login karena pada login sebelumnya saya lupa log out. Plis deh! 
Tapi mungkin ini akan berguna untuk teman-teman yang menghendaki sistem online banking yang benar-benar aman.

- Sebaliknya saya merasa tidak aman dengan membawa debit card BNI dalam dompet saya. Karena kalau kita berbelanja dengan menggunakan debit BNI, itu memakai sistem tanda tangan, bukan password. Jadi di kasir kita tinggal gesek aja terus tandatangan di kertasnya, si kasir mana tahu juga itu tandatangan kita apa bukan, apakah saya pemilik sah kartu tersebut.
Pernah suatu kali saya apes kecopetan di dalam angkot, beruntung saya cepat sadar dompet saya beserta ktp dan debit card BNI yang ada di dalamnya sudah raib dari tas, buru-buru saya turun dari angkot, yang beruntung juga di dekat situ ada kantor cabang BNI. Langsung saya lari kesana untuk memblokir kartu debit saya secepatnya. Dan dalam kondisi mendesak seperti itu saya masih diharuskan antri, padahal saya sudah menjelaskan situasinya. Alhamdulillah selesai diblokir saya cek mutasi, dana saya masih utuh. Jika telat sedikit saja mungkin dana dalam rekening BNI saya sudah ludes dibelanjakan si pencopet. Dan setelah itu saya gak pernah lagi membawa debit BNI berpergian. Saya simpan saja di lemari. 
Namun baru-baru ini saya mencoba berbelanja dengan Debit Card BNI, sekarang sudah PIN. Alhamdu?

- BNI tidak memiliki afiliasi dengan BCA. BNI termasuk ke dalam jaringan ATM bersama, sedangkan BCA termasuk dalam jaringan ATM prima. 
Jadi kalau mau transfer dari BNI ke BCA atau sebaliknya itu mahal banget biaya administrasinya, 25000 kalau tidak salah. Padahal BCA itu rekening sejuta umat. Yang mana mungkin banget kan kita akan bertransaksi dengan orang-orang yang memiliki rekening BCA.

- Lalu, ini pengalaman yang paling mengesalkan dengan BNI, beberapa bulan yang lalu saya datang ke kantor cabang BNI setelah mencari-cari waktu di tengah kesibukan. Untuk mengaktifkan fitur ebanking BNI saya, agar dapat melakukan transaksi finansial (transfer, pembayaran tagihan-tagihan, dll secara online banking). 
Setelah antri 1 jam, dan mengisi lembar administrasi pendaftaran juga pembayaran pembelian token sebesar 10.000 rupiah. Kemudian di akhir saat saya mau cabut, saya tanya ke customer service BNI yang melayani saya, "Mba ini sudah langsung aktif kan transaksi ebanking nya?" Dia bilang iya sudah langsung aktif.
Lalu saya pulang naik motor menembus hujan deras.
Sampai di rumah, malam harinya saya buka akun ebanking saya. Dan ZONK! Saya belum bisa melakukan transaksi apapun. Tab opsi "transaksi" belum ada. Pada saat itu saya masih positive thinking, lalu saya tunggu sampai esok harinya, dan esok harinya lagi, sampai hari ini pun transaksi ebanking saya belum aktif! 
Padahal sudah dibela-belain banget dateng ke kantor cabang, antri 1 jam, dan pulang menembus hujan. Saya juga sempet telepon ke BNI call center untuk menanyakan hal ini (makan pulsa juga tuh ya), dan katanya ini karena nomer KTP dan nomer telepon saya berbeda. Lho kenapa pada saat registrasi tidak sekalian diganti, padahal waktu registrasi saya sudah menunjukan ktp asli saya, nomer ktpnya memang sudah berubah karena pergantian e-ktp. Dan saya sudah info juga pada saat registrasi saya ganti nomer hp. 
Setelah selang 6 tahun, dari tahun 2010-2016 kebanyakan orang juga udah pada ganti nomer hp keleus! 
Jadi solusi terakhir saya harus balik lagi ke kantor cabang.
Hah big no! Satu-satunya hal yg ingin saya lakukan ketika saya bisa datang ke kantor cabang BNI (lagi) adalah untuk menutup rekening saya.


2. BCA 
BCA adalah rekening bank kedua yang saya buat setelah BNI. Saya buat pada tahun 2013 dengan alasan mendesak, karena pada saat itu saya memiliki usaha online yang mana customer saya kebanyakan (dan pastinya) minta rekening BCA untuk transfer.

- BCA terkenal dengan plesetan "Bank Capek Antri". Bagaimana tidak, secara ini bank sejuta umat. Kalau kepepet bener-bener harus datang ke kantor cabang, bener-bener harus sabar antri, minimal sediakan waktu 2 jam lah untuk antri. Tapi syukurnya, layanan BCA banyak yang dapat dilakukan melalui online. Terhitung hanya 2x saja saya harus datang ke kantor cabang, pertama saat membuka rekening dan kedua waktu mau apply kartu kredit.
Mesin ATM BCA juga termasuk yang paling panjang antriannya ketimbang mesin ATM lain, coba aja lihat aja di mall-mall. Selain masalah antrian tersebut, saya mengaku puas-puas aja dengan servis layanan BCA.

- BCA bisa dibilang bank paling inovatif di Indonesia. Maka dari itu tanpa sadar, rekening BCA menjadi rekening utama saya. Karena pada waktu membuat rekening BCA hanya dimaksudkan untuk menerima transfer dari customer saya. Tapi lama-lama segala aktivitas finansial seperti membayar semua tagihan-tagihan bulanan, pembayaran cicilan mobil, kegiatan transfer dana online, jual beli online, transaksi debit card, flazz card untuk naik busway & kereta dll saya lakukan menggunakan BCA saya karena memang BCA itu menawarkan banyak metode pembayaran dan produk-produk perbankan untuk memudahkan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu nasabahnya yang begibun.

- Saya merasa aman membawa debit card BCA saya kemanapun karena tidak menggunakan sistem tandatangan tapi pakai password. Jadi walaupun misalnya debit card BCA saya ini kecopetan, saya masih bisa santai dan ga kelimpungan lari-lari ke kantor cabang untuk memblokir. Toh si pencuri gak tahu ini passwordnya apa. Dan sekarang pemegang kartu kredit BCA juga bisa mengganti dari sistem tandatangan menjadi password. 

- Waktu membuat kartu kredit BCA juga prosesnya lumayan mudah dan cepat. Sejujurnya saya bukan tipe orang yang shopaholic yang gampang kemakan promo-promo belanja. Saya bikin kartu kredit untuk membuat akun paypal dan sewaktu-waktu untuk membeli tiket pesawat promo. Untuk pembayaran maskapai internasional tidak ada metode lain selain dengan kartu kredit.
Kedepannya mungkin saya akan coba membeli tiket pesawat yang harganya melebihi limit kartu kredit  saya, pengalamannya akan saya update lagi disini nanti.

- Biaya administrasi bulanan BCA lebih mahal dari kebanyakan bank lain, yaitu 15000 rupiah perbulan. Begitu juga dengan berbelanja dengan kartu kredit BCA, ada biaya materai sekitar 3000 rupiah yang dibebankan ke basabah tiap tagihannya datang perbulan. Dan saya baru tahu belakangan kalau ada beberapa bank yang tidak membebankan biaya materai ke nasabahnya (ditanggung pihak bank).

- Layanan ebanking BCA juga so far so good lah. Saya ga pernah mengalami masalah yang berarti. Tampilan interface  aplikasi dan websitenya user friendly, tidak perlu gonta ganti password, transfer-transfer dan membayar tagihan lancar-lancar aja. Dan walaupun misalnya lupa log out juga ga masalah kok. Saya masih bisa login dengan lancar setelah itu.


3. Commonwealth Bank.
Bank asal Australia ini merupakan bank ketiga yang saya buat tujuan utama untuk membuka rekening adalah menjadikannya sebagai investment account saja. 

- Karena tergolong bank baru jadi wajar kalau nasabahnya masih sedikit, dan jumlah kantor cabang dan mesin ATM nya masih belum banyak tersebar dan baru ada di kota-kota besar saja. Tapi ga masalah lah, memang tujuannya cuma untuk rekening investasi aja, bukan untuk belanja-belanja.

- Karena nasabahnya yang masih sedikit inilah, saya ke kantor cabang commbank untuk buka rekening aja diperlakukan bak raja hahaha. Tidak perlu antri sama sekali, bank officers nya juga ramah-ramah banget, dan disana juga ada prasmanan makanan kue-kue kecil yang bisa kita ambil semaunya. Ga tau sih sekarang kaya gimana, semoga masih tetap sama.

- Seperti yang sudah dibilang di atas. Bahwa saya membuka rekening Commbank adalah untuk keperluan investasi, dalam bentuk reksa dana. Jadi keunggulan commbank ini adalah satu-satunya bank (cmiiw) di indonesia dimana kita bisa membeli dan menjual reksa dana secara online. Tinggal klak klik aja gitu. Sedangkan di bank lain kita harus bolak balik ke kantor cabang tiap mau membeli reksadana. Kita cukup datang ke kantor cabang pada saat membuka rekening Commbank dan membuka rekening reksadana yang kita pilih. Di Commbank ada banyak banget pilihan perusahaan sekuritas reksadana yang bisa kita pilih. Makanya bank ini disebut sebagai supermarket reksadana. Saya sendiri sudah merasakan manfaat dengan memiliki reksadana. Hasilnya lumayan banget ketimbang nabung doang. Nih yang mau memulai reksadana saya jelaskan disini bagaimana cara memulainya: Cara Memulai Reksadana Saham

Segitu dulu deh, sekali lagi saya membuat tulisan ini hanya untuk berbagi, bukan untuk promosi dan menjelek-jelekan. Dan sebaiknya tidak dijadikan acuan, karena pengalaman orang pasti beda-beda. Ada yang punya pengalaman positif atau negatif dengan bank? Cerita dong di kolom komen, karena pasti banyak yang terbantu dengan sharing nya.

Thursday, October 20, 2016

Sharing cerita pengalaman MLM Enagic (Kangen Water)

Sebelum bergabung dengan sebuah MLM memang harus hati-hati dan waspada serta mempelajari terlebih dahulu kiat-kiatnya agar sukses dan tidak merugi. Disini saya mau sedikit bercerita tentang saya bergabung dengan Enagic, sebuah mesin filter air dengan harga selangit yang dijual dengan sistem direct selling atau singkatnya MLM.
Saya akan ceritakan disini pahit manisnya untuk menjadi masukan saja, karena pastinya membeli mesin dengan harga puluhan juta bukanlah keputusan yang mudah. Pasti banyak yang harus dipertimbangkan, dan semoga tulisan saya bisa menjadi pertimbangan sebelum membeli.

Awal mulanya, Pada tahun 2016 ada seorang teman ngopi ayah saya mengajak ayah saya datang ke seminar kangen water. Dan saya diminta untuk menemani. 
Yang bikin saya terkesan adalah, gak seperti kebanyakan seminar MLM lain yang kebanyakan minta uang pendaftaran, seminar tersebut benar-benar gratis, dan dapat snack box beserta kangen water gratis pula. Tempat juga bukan di tempat abal-abal tapi di ruangan meeting hotel gitu.
Selain itu yang membuat saya semakin impressed adalah di dalam seminar tersebut tidak ada unsur pemaksaan, motivasi hiperbolis, atau manipulasi perserta yang hadir. Cuma demo air dan sharing santai cerita testimonial orang-orang yang sudah memiliki mesin.

Singkat cerita ayah saya akhirnya membeli mesin Enagic tipe SD501 Leveluk. Karena pada dasarnya ayah saya emang gampang kemakan omongan sales dan punya duit nganggur. saya pun juga ga ngelarang. Karena dari segi legalitas perusahaan anda ga perlu ragu. Kantornya aja di salah satu gedung paling elit di Jakarta, The Plaza (atasnya Plaza Indonesia), produsen asalnya dari Jepang selain itu produknya juga sudah dijual secara global di berbgai negara.

Bagi yang sudah pernah ikut seminar Enagic, pasti bertanya-tanya apa iya saya bisa sekaya leader saya? Jawabannya mungkin saja. Tapi sekadar tips saja, sebelum anda membeli mesin tersebut anda harus mengkopi skill bicara, skill public speaking, dan skill mingling leader anda itu. 
Saya akui skill public speaking leader saya itu juara banget dan berhasil menjual mimpi kepada para downlinernya. Memang itu tidak mudah, but hey, there's no easy way to be rich!

Jadi skill "nyales" itu penting banget, jika anda tidak ada pengalaman menjadi sales, atau punya kepribadian pemalu atau gak suka ngomong akan sulit sekali menjual mesin tersebut. Ingat yang ada jual ini mesin seharga puluhan juta, bukan ratusan ribu. Ada gitu orang yang dengan mudahnya membeli barang semahal itu? Kalau gak tajir banget kayanya gak bakal deh. Kecuali itu tadi, anda punya skill untuk menggaet banyak prospek.
Saya sendiri belum menjual mesin satupun, ya karena memang sulit sekali menjual mesin seharga puluhan juta. Dan ingat, jika misalnya kita berhasil menjual 1 mesin, berarti orang tersebut telah menjadi downliner anda. Dan kita memiliki tanggung jawab terhadap downliner tersebut.

Jika ada hal yang dia tidak mengerti terutama soal mesin tersebut harus kita jelaskan satu persatu, dan jika ada kerusakan mesin anda harus datang ke rumahnya untuk membantu mengecek dan memberi solusi, juga memberi penjelasan dan tips-tips menjual kangen water dan mesin enagic. Jika anda berhasil menjual 2 mesin, berarti tanggung jawab anda dobel, dan seterusnya. Setidaknya itu lah yang sudah dilakukan upliner saya sejauh ini, mengayomi semua downliner.
Dan jujur saya sih belum mau menanggung tanggung jawab seperti itu. Apalagi jika downliner tersebut teman kita sendiri yang beli mesinnya nyicil atau pakai tabungan dia dan saya pasti ga akan tega kalau ternyata menjual mesin ini tidak semudah yang digembar-gemborkan.

Bagaimana menjual airnya? Yah saya sendiri menjual kangen water. Dan khasiatnya memang sudah dirasakan banyak orang, tapi karena harganya yang jauh lebih mahal ketimbang aqua galon, jadi jarang ada orang yang mau beli air secara rutin. 
Jadi kalau mau cepat balik modal dari penjualan air, anda harus benar-benar berjibaku dan kerja keras promosi sana-sini. Karena pemilik mesin ini juga makin banyak tentunya, jadi persaingan penjualan air semakin ketat.

Dan sebelum saya datang ke seminar kangen water, teman ngopi ayah saya saya sempat bilang bahwa penghasilan dari jual kangen water dan mesin mencapai belasan juta perbulan dan dia mau keluar dari tempat dia bekerja untuk fokus jualan mesin. Yang nyatanya sampai sekarang dia masih kerja kantoran.
Jadi sebelum anda termakan iming-iming tersebut, pastikan calon upliner tersebut benar-benar keluar dari pekerjaan tetapnya, dan kalau berani anda minta lihat rekeningnya. Bener ga ada uang berjuta-juta yang masuk tiap bulannya hehe. Atau paling banter anda perhatikan saja, apa ada perubahan life style? Yang tadinya naik angkot, jadi naik mobil. Yang tadinya ngontrak, bisa beli rumah, dsb. Yah daripada menyesal kemudian dan uang tak bisa kembali.

Dan nantinya ketika anda sudah benar-benar sudah membeli mesin, anda juga harus melakukan iming-iming seperti itu untuk menggaet banyak prospek. Dan jujur saja, hati nurani saya tidak bisa melakukan hal seperti itu.
If something is too good too be true, because it's a lie.

Oh iya, setiap tahun kita juga harus mengganti filter yang ada dalam mesin seharga 1,5 juta. Juga perlu membeli bubuk pembersih yang digunakan untuk membersihkan mesin. Serta spare parts penunjang lainnya. Semua dapat dibeli di kantor pusat enagic, di gedung The Plaza. Dan tiap kali saya kesana, itu mba-mbanya judes banget, ngelayaninnya ogah-ogahan. Jawabnya males-malesnya, mukanya jutek. *tepok jidat*
Dan sekarang mesin tersebut dipakai untuk kepentingan pribadi aja sih, dipakai untuk minum sekeluarga. Dan sesekali jualan air bila ada yang mau beli.

Jadi kesimpulannya jika anda sudah memiliki skill sales yang mumpuni untuk menggaet banyak prospek, serta bersedia bertanggung jawab atas downliner-downliner anda nantinya. Silahkan anda bergabung dan membeli mesin. Saya yakin bila anda sudah memiliki modal tersebut (modal skill, modal tanggung jawab, dan tentu saja modal uang) anda bisa menjadi leader yang sukses. Uang ratusan juta perbulan akan masuk ke rekening, seperti yang sudah diraih oleh leader saya (bukan saya, hehe)

Punya pengalaman unik bergabung di MLM? Yuklah share ceritanya di komen...