Wednesday, November 30, 2016

Perjalanan dan Tips Mencari Alat Bantu Dengar yang Cocok

Hi jadi saya mau cerita tentang pengalaman mencari alat bantu dengar yang cocok untuk mertua saya.
Dulu sekitar 9 tahun yang lalu mertua saya pernah tes audiometri di ABDI (Alat Bantu Dengar Indonesia) yang beralamat di Matraman, Salemba. Dan hasilnya ternyata kerusakan pendengaran sedang. Dan belilah dia alat bantu dengar dengan merek Phonak seharga 4 jutaan tipe ITE (in the ear) dan ga betah serta ga nyaman. Rasanya gatal, dan kualitas suara yang dihasilkan begitu ga bagus. Jadi akhirnya alat tersebut malah ga kepakai.

Perlu diketahui proses memilih ABD itu memang kompleks. Tidak semudah memilih kacamata. Jadi penting sekali memilih audiologis yg bagus. Begini kira2 analoginya:

Ini yang terjadi ketika kamu memiliki gangguan penglihatan. 
Ini yang terjadi pada kuping kamu ketika memiliki gangguan pendengaran.

Jadi ketika misalnya ada 2 orang menderita kekurangan pendengaran di level yang SAMA, belum tentu kemampuan mendengarnya juga sama. Si A dapat mendengar jelas suara lawan bicaranya di situasi yang berisik (di konser musik, kondangan, etc), dan justru tidak bisa mendengar jelas ketika lawan bicaranya di situasi tenang (rumah sakit, etc). Dan si B sebaliknya.

Dan sebelum memutuskan memakai ABD, pastikan dulu penyebab kerusakan pendengarannya karena apa, karena kerusakan pendengaran yang bisa ketolong dengan ABD adalah kerusakan pendengaran ringan dan sedang yang disebabkan oleh sel pendengaran dalam otak sudah tidak berfungsi dengan normal lagi. Untuk kerusakan pendengaran tuli berat bisa pakai ABD tipe khusus yang ditancepin ke kepala lo. Iya jadi tulang di belakang telinga lo semacem dilobangin melalui oprasi ringan untuk menancapkan ABD tsb agar suara-suara yang ditangkap oleh ABD bisa langsung dihantarkan ke syaraf-syaraf pendengaran di dalam otak (gue lupa deh nama ilmiahnya apa). Nah, kalau kerusakannya adalah tuli total, yang mana lo ga bisa dengar suara apapun, itu pilihannya adalah dengan implan koklea, kepala lo akan dibedah dan "ditanam" mesin, yang biaya oprasinya ratusan juta!

Kalau yang terjadi adalah kerusakan telinga bagian luar dan tengah, misalnya gendang telinga sobek atau infeksi, itu masih bisa disembukah dengan oprasi kalau ga salah inget biayanya 20-30 jutaan. Jadi wajib banget sebelumnya konsultasi ke dokter THT ya, tanya aja saya budeg kenapa?

Singkat cerita, baru2 ini akhirnya mertua saya ingin kembali memakai alat bantu dengar. Maka pencarian alat bantu dengar yang cocok pun dimulai. Langkah awal adalah dengan mencari tempat-tempat penjualan alat bantu dengar yang telah memiliki reputasi. Pilihan jatuh ke 4 tempat: A KASOEM CIKINI, ABDI Salemba, OPTIK MELAWAI Blok M, dan Hearing Vission.  

Sebelum saya mendatangi tempat itu satu-satu, saya juga sempet googling dulu merek-merek ABD. Dan ternyata ada banyak banget merek ABD yang dijual di pasaran. Salah satu website yang paling komprehensif membahas review ABD secara lumayan lengkap menurut saya adalah consumer affairs  


Di web tersebut terpampang nyata merek ABD dengan rate terbaik adalah Miracle-Ear, sayang saya buka websitenya baru ada di Amerika aja. SKIP!
Lalu brand lain yang menarik perhatian saya adalah Embrace-Hearing. ABD dengan harga jual jauh lebih murah. Bisa lebih murah karena dia ga punya klinik, penjualan dan interaksi 100% lewat internet. Terus gue mulai ngitung-ngitung, biaya ongkir USA-JKT bisa sejutaan lah, terus kalau masuk indo pasti kena pajak bea cukai yang ga kecil yang bahkan bisa lebih mahal dari harga barang itu sendiri karena impor barang mahal. Oke, SKIP juga! Lantas, tinggal 2 Brand aja yang bikin gue tertarik, Beltone & Resound. 
Sayangnya, di Indonesia ini sama sekali ga ada outlet resmi brand-brand ABD, adanya distributor alias tangan kedua. Paling deket ada di Singapura, outlet resmi Beltone. Jadi ya cus deh gue ke A. Kasoem:

1. A. Kasoem Cikini
Awalnya kami mau mencoba tes audiometri di A Kasoem sekalian tanya-tanya, tapi ternyata biaya tes audiometri disana cukup mahal, 200.000 dan merek abd yg dijual hanya ada merek Oticon. Jadi kami skip dulu.

2. ABDI 
Kami datang ke ABDI dengan rencana mau Tes audiometri terlebih dahulu sekaligus minta rekomendasi tentunya. Biaya tes audiometri di ABDI sebesar 55.000.
Dan sebelum tes kedua telinga diperiksa dulu. Dan ternyata telinga kanan mertua saya kotor. Jadi belum bisa dites audiometri. 
Jadi inget-inget ya, sebelum tes audiometri kedua telinga harus dalam keadaan bersih! 
Akhirnya yaudah, kami disana minta rekomendasi aja. Berikut alat-alat bantu dengar (katalog) yang tersedia di ABDI.



Harga termurah mulai dari 3,5 juta. Biasanya untuk yang murah seperti ini, kualitas suara yang dihasilkan ga begitu bagus.


Semakin mahal, suara yang dihasilkan semakin alami mendekati pendengaran normal.

Di level harga 28 jutaan alat bisa terkoneksi dengan aplikasi di iPhone, jadi pemakai bisa setting tinggi rendahnya suara-suara yang dihasilkan, seperti trebel & bass. Sayangnya belum support untuk android.

Harga termahal ada di kisaran harga 32juta :')

Daftar harga dan alat yang dijual daftar berubah sewaktu waktu.

Rate: Sorry buat saya pribadi secara keseluruhan bintang 2 deh. 

(-) Ga bisa cicilan 
(-) Nunggunya lama 
(-) Ini yang terpenting, calon pembeli ga bisa coba alatnya dulu. Harus bayar lunas dulu baru dicobain alatnya. oke SKIP! (Pokoknya guys, jangan pernah beli ABD sebelum dicoba terlebih dahulu. Karena alat tersebut belum tentu cocok dan nyaman)
(+) bisa liat lengkap daftar produknya. 

Ga ngerti juga gue kenapa disini bisa ramai dan harus nagntri selama itu. Mungkin karena tempat yang strategis kali ya dan promosi yang masif karena fb page ABDI ini sangat responsif ke customer dan sering bagi-bagi abd gratis (yang murah) hehe.


Website: ABDI 


3. Pusat Alat Bantu Dengar Melawai


Pas sampai disana dan buka pintu utama saya sempet bingung kok ini jual kacamata doang ya. Ternyata di pojokan ada lift, dan PABD MELAWAI ada di lantai paling atas. Pas udah naik saya kira bakal ramai karena hari itu hari sabtu ternyata engga. Dan ga seperti di ABDI Salemba yg mana saya harus nunggu sekitar 2 jam hingga akhirnya sampai giliran untuk bisa konsul. Kalau di Melawai saya cukup ke resepsionisnya dan nunggu ga sampai 10 menit saya udah disuruh masuk ruangan kedap suara untuk tes audiometri. 
Dan tentunya sebelum tes audiometri lo harus bersihin telinga dulu ya sampe bersih sih sih! Biar ga disuruh pulang lagi kaya waktu di ABDI.

Di Melawai itu pegawainya banyak banget dan rada gabut gitu hahaha. Dan kalau di ABDI audiologisnya masih muda sekitar awal 20an. Nah kalo di Melawai audiologisnya sudah berumur, sekitar 60an lebih kira-kira. Jadi saya agak segen nanya-nanyanya. Tapi anggap aja dia udah berpengalaman dan udah menangani banyak konsumer sebelumnya. 
Dan kalau Melawai ini calon pembeli akan ditanya-tanya dulu seputar masalah pendengarannya. Seperti sejak kapan kehilangan pendengaran? Tiba-tiba atau berangsur-angsur? Sejak umur berapa? Kesulitan mendengar di dalam kondisi seperti apa? Suka denger pake headset apa ga? Pernah tinitus apa ga? Dsb.


Baru setelah itu kupingnya diperiksa, kalo bersih lanjut audiometri. Dan setelah Tes audiometri saya nanya kan, bisa ga kita coba dulu gitu alat bantu dengar supaya sebelum membeli alat, mertua saya tau kualitas suara yang dihasilkan itu kaya gimana. Dan ternyata boleh! 
Sejak awal saya memang menegaskan mau beli alat yg high end. Sayang alat bantu dengar yang ingin dicoba dengan merek Resound LinX, sebuah alat yang paling mutakhir di kelasnya, ga bisa dicobain.


Jadi alat yang bisa dipercobakan itu merek Widex yang kata audiologisnya sebelas dua belas lah sama resound. 
Dan katanya setelah dicoba suaranya ya memang tidak sealami pendengaran normal, masih seperti mesin. Tapi percakapan di dalam ruangan jadi terdengar jelas.


Jeritan hati gue: plis dong buat semua hearing center kaya gini juga napa! Dimana sebelum beli, kita bisa cobain dulu SEMUA alatnya. Kalau bisa semua alat yang dijual bisa kita cobain buat banding. Dan semuanya dari konsul - tes audiometri - coba alat itu 100% GRATIS kaya di Melawai ini. 
Lebih bagus lagi kalau udah beli masih bisa dikembalikan kalo ga cocok atau ditukar dengan alat lain. Secara kan alat bantu dengar itu ga murah (so far sih belum ada dealer alat bantu dengar di Indonesia  yang punya retur atau exchange policy).

Kemudian setelah coba alat kita dikasih surat penawaran alias surat rekomendasi gitu deh. 
1. Widex seharga 40 jutaan dapet 2 biji untuk kuping kanan kiri. 
2. Atau Resound LinX yang harganya 30 jutaan sebiji. Kalo beli 2 ya jadi 60 jutaan!

Bapak Audiologisnya cenderung menyarankan mertua saya beli Widex. Dan galaulah saya, dan akan dipikirkan kembali setelah saya ke Hearing Vision.


Ratenya bintang 3 deh. 

(+) Servis cepet, ga usah nunggu lama. 
(+) Bisa cicilan. 
(+) Suka ada diskon 20%, pantau aja facebook pagenya.
(+) audiometrinnya GRATIS! 
(-) Tapi ga dapet recap hasil audiometrinya.
(-) Ga bisa coba semua produk. Kalau mau coba produk tertentu yang lo taksir, mending buat janji dulu deh kayanya.

Website: MELAWAI 


4. Hearing Vision 


Hearing Vision punya lumayan banyak cabang di Jakarta. Saya dan mertua sengaja datang yang di Sunter karena pusatnya disitu. Walaupun lokasinya jauh banget dari rumah saya.
Disini audiologisnya mba-mba gitu, asik sih orangnya walau agak jutek  dikit. Disini juga ga ngantri sama sekali. Untuk biaya audiometrinya sebesar 90.000 dan dapet rekap.

Yang paling plus dari Hearing Vision menurut saya adalah setelah tes audiometri calon pembeli bisa pilih alat mana aja yang mau dicoba. Dan disini cuma jual merek Beltone aja ya. Mertua saya coba Beltone Promise 17 seharga 32juta/pcs.  
Walau sayang, sama seperti tempat lain, Hearing Vision ga ada trial policy.

Rate dari gue: bintang 3,5. 
(-) bisa cicil tapi cuma buat Kartu Kredit BNI aja
(+) ga ngantri 
(+) Setelah pembelian alat, gratis setting ulang selamanya walau udah lewat masa garansi. (Untuk tempat lain gue ga tau juga bisa gratis selamanya apa ga karena gue lupa nanyain)
(+) bisa coba alat manapun yang ada disana. 
(-) Kalo bisa trial & return bintang 5 deh. 

Website: Hearing Vision


Setelah dari sini. Keputusan harus dibuat, alat mana yang harus gue beli? Gue beli widex sepasang 40jt atau resound sebiji 30jt? Dan kebetulan Melawai lagi ada diskon 20% untuk semua produknya. 
Atau gw beli Beltone Promise sebiji 32 juta? Kalau beli 2 jelas ga sanggup! 
Di tengah pertapaan gue buka-buka lagi website consumers affairs, gue baca satu-satu reviewnya. Even Widex ga masuk list, yang mana kayanya belum banyak orang yang pake Widex. Jadi skip deh.


Terus lanjut gw baca review Resound satu-satu. Ternyata banyak keluhan terkait servis dan kualitas produk itu sendiri. Dan mungkin aja kan Melawai lagi mau ngabisin stock makanya di diskon produk-produknya.


Lalu gw baca review Beltone satu-satu. Dan mayoritas reviewnya positif. Dari segi servis dan kualitas produknya. 
Perlu diketahui, setelah pembelian ABD kita pasti bolak-balik ke dealer untuk beli baterai dan setting alat. Karena settingannya harus disetting ulang setiap kurang lebih 6 bulan atau saat kita ngerasa settingannya ga pas (terlalu kecil atau terlalu keras). 

Akhirnya saya memutuskan untuk membeli Beltone Promise untuk mertua saya. Karena dipikir-pikir buat apa diskon dan lebih murah kalau alatnya rewel. Sedangkan dari servis kedepannya juga gw belum tau ya, karena Melawai dan Hearing Vision itu sama, cuma dealer aja gitu, tangan kedua.
Tapi yang terpenting adalah kualitas alat itu sendiri aja dulu deh.


Oh iya, ABD ini kita bisa pilih tipe modelnya mau yg jenis apa. Tipe yang BTE (Behind the ear) atau ITE (in the ear). Pilih yang nyaman, jangan asal kecil dan ga keliatan aja. 
Kalau untuk mertua saya sih, dia pilih yg BTE. Karena ga perlu bikin cetakan lubang telinga (mold). Untuk tipe ABD yang pakai mold itu agak susah masukinnya, terlebih lagi kalau telinga lagi kotor itu akan terasa sangat gatal.


Saya putuskan untuk beli 1pcs dulu, 1nya nyusul lagi kalau udah ada duitnya hehe. 
Selain itu mungkin nanti belinya di tempat yang bisa trial. Sebelumnya saya sempat email Beltone Singapore, dan mereka ternyata ada trial policy selama 30 hari. Dan siapa tau nanti lagi ada diskon atau Beltone udah buka outlet resmi di Indonesia. Oh iya kalau misalnya mau beli 1 alat aja, harus dipastiin ke calon pemakai kira-kira lebih enak mana telinga kiri atau kanan. Karena seringkali kondisi telinga kanan dan kiri itu beda.


Lalu akhirnya saya beli juga nih beltone promise 17. Harga awalnya kan 32jutaan ternyata lagi diskon, harganya jadi 29jutaan "aja" hahaha.


Rasanya agak aneh gimana gitu pas megang alat sekecil ini tapi harganya bisa buat beli 2 motor matic!

Kalau awalnya dulu pertama kali datang kita ke Hearing Vision cabang Sunter, kali ini kita beli alatnya di cabang Dharmawangsa Square dengan alasan jauh lebih deket. Pelayanan ga beda jauh, dan tempatnya sepi juga. Duh kenapa harga alat bantu dengar digital ini ga masuk akal banget ya mahalnya, kenapa harganya ga dibikin lebih murah macem smart phone gitu kan jadi lebih banyak yang beli!

Oh iya di Hearing Vision ini kalau nanti misalnya alatnya udah rusak dan kita mau ganti model abd yang baru, maka alat bantu dengar kita yang lama bakal dibeli dalam keadaan apapun seharga 20% dari harga beli. So far sih belum bisa cerita banyak soal hearing experience nya gimana, wong alatnya juga baru dibeli. 

Tapi lumayan enak dipakainya, ga terasa gatal dikuping dan ga memberi efek telinga ketutup rapet. Ga seperti alat bantu dengar yang sebelumnya dipakai mertua gue yang tipe dimasukin ke dalam kuping yang terasa sangat gatal dan kuping terasa disumpel lilin. 
Jadi sejauh ini menurut gue belum ada dealer alat bantu dengar yang bener-bener oke hehe. Nasib negara dunia ketiga! Semoga kedepannya ada dealer yang bisa kasih layanan: cicilan dari bank apa aja, calon pembeli bisa coba semua alat yang dijual, dan yang terpenting alatnya bisa dibalikin atau ditukar kalau ternyata kita ga cocok. Amin! 

!Update! 

Jadi setelah mertua saya pakai hearing aid setahunan, kemampuan mendengar jadi meningkat sekitar 80%. Memakai hearing aid, kita jangan berekspekstasi kemampuan mendengar akan menjadi 100% ya, terlebih lagi bila alatnya yang kelas low end dan belinya hanya 1 biji. 
Yang dapat didengar kembali oleh mertua saya seperti: suara kipas angin, suara ac, suara orang lalu lalang di luar rumah, suara radio mobil, suara tv, dan yang terpenting dia dapat mendengar suara lawan bicara secara utuh terutama di tempat-tempat seperti rumah sakit atau bank atau sedang ngobrol di mobil, jika tidak memakai hearing aid dia akan sulit sekali mendengar suara-suara di tempat tersebut. Sekarang dia juga bisa ngobrol di atas motor, dengan syarat si supir harus nengok ke belakang sedikit saat berbicara. Oh iya hearing aid ini masih bisa dipakai ketika kita memakai helm, dengan catatan helmnya harus longgar. 

Suara-suara yang masih sulit didengar yaitu ketika lawan bicara memakai masker, contoh dokter di rumah sakit. Jadi walaupun sudah memakai hearing aid, tetap harus membaca gerak bibir dalam kondisi tertentu. Selain itu juga jika background suasana bising dan ribut, contoh waktu di acara kondangan dia tidak dapat mendengar jelas suara saya yang sedang berbicara padanya. 
Terhitung sudah 2 kali saya kembali ke hearing vission untuk mengurangi noise. Mendengar suara dalam kebisingan memang menjadi yang paling challenging untuk pemakai hearing aid. 
Dan karena hearing aid ini memiliki fitur  me-reduce noise, maka jika kita memanggil-manggil dia di tempat bising dari kejauhan suara kita akan ikut teredam. Maka daripada memanggil-manggil lebih baik dicolek saja. 
Lalu untuk mendengar bahasa inggris juga masih sangat sulit, jadi jangan berekspekstasi tinggi kita jadi bisa ngobrol-ngobrol inggris deh walau sudah memakai hearing aid :(

Dari segi alat, performancenya udah baguslah yah. Namun agak kecewa, belum setahun pemakaian alatnya kadang suka mati mendadak lalu nyala sendiri beberapa detik kemudian, kita sempet bawa ke hearing vision katanya ini katena baterai yang kotor. Jadi sebelum mengganti baterai baru, baterainya harus di lap dulu supaya bekas lem pelapisnya bersih. 
Semoga alatnya bisa awet ya, lagipula alatnya juga ga setiap hari dipakai, hanya saat-saat mertua saya memerlukan saja. 
Untuk baterai harganya 50 ribu isi 6pcs. 1 baterai bisa bertahan kurang lebih 24 jam pemaikaian. 


Nah segitu dulu ya updatenya. Semoga dapat membantu teman-teman yang sedang berjuang mencari hearing aid yang cocok!


Monday, November 14, 2016

Pengalaman dan Tips Berobat ke poliklinik THT Puskesmas

Kali ini saya mau cerita pengalaman pribadi berobat ke Puskesmas. Terakhir kali saya ke Puskesmas itu dulu banget pas saya masih balita. Dan sekarang setelah denger-denger pelayanan puskesmas udah bagus dan murah bahkan gratis saya jadi tertarik berobat kesana.


Begini, telinga kiri saya itu sering banget bermasalah. Gatel dan cepet kotor dan kalau kemasukan air jadi mampet, jadi tiap kali mampet ga bisa cuma pakai cotton buds atau obat tetes biasa. Bener-bener harus disedot kotorannya di dokter THT.
Sebelum ke Puskesmas, saya udah sering bersihin kuping saya di klinik THT RSUD maupun klinik swasta yang sekali bersihin kuping doang bisa abis ratusan ribu. Jadi saya mikir ga worth it aja, harga segitu cuma buat pengobatan "sepele". Jadi dulu sebelum nyoba ke Puskesmas, saya sempet ke klinik THT swasta, SS Medika yang berlokasi di Salemba Jakpus. Nah itu saya abis 235.000 cuma untuk bersihin kuping doang. Walau memang canggih sih disana jadi ada alat seperti pulpen berkamera yang dimasukan ke dalam lubang telinga kita, lalu terihat di monitor tv kondisi di dalam lubang telinga kita kaya apa. Untuk biaya bersihin kotorannya sendiri sih cuma 35000, dan biaya konsultasinya 200.000! Padahal kosnsultasinya juga biasa aja, dan singkat banget. So, gara-gara tekor bayar segitu, jadilah saya beranikan diri ke Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Saya meluncur dari rumah saya di bilangan Lenteng Agung dengan segudang keraguan. 



- Kira-kira ngantrinya panjang gak ya?

- Dokternya jutek dan ogah-ogahan ga ya?
- Sistemnya jelas gak ya?
- Dan yg terpenting, di sana ada poli THT gak ya? Jangan-jangan cuma ada poli dokter umum dan gigi doang lagi.

☆ tips: setiap memilih puskesmas, usahakan pilih yang 1 kecamatan sesuai dengan alamat KTP kamu.

Sesampainya disana jam 10an, terlihat antrian puanjaaanng di sebelah kanan gedung. Tapi saya langsung masuk aja ke lobinya. Dan tanya ke satpam kalo mau daftar kemana? Dia bilang katanya kesana, ke tempat antrian di luar tadi untuk ambil nomer. 

Begitu sampai langsung terlihat antrian panjang ini di halaman luar Puskesmas.


Saya pun ambil nomer. Dan di kertas ada tulisan loket 1-4, saya cari di sekitar ga ada loket 1, akhirnya saya samperin lagi satpam yg tadi buat nanya dimana itu loket 1? Ternyata ada di lantai 2! Antrian panjang itu ternyata antrian apotek untuk ambil obat. Naiklah saya ke lantai 2, dan terlihat antrian membludak lainnya. Dan disitulah saya harus menunggu nomer saya dipanggil.

Tapi walaupun antriannya panjang, pelayanannya lumayan cepet kok. Total ada 4 loket, dan uang pendaftaran cuma 5000 perak aja dan cuma diminta KTP. 

Antrian di loket pendaftaran lantai 2.


☆ tips: datang sebelum jam 11 karena pendaftaran puskesmas tutup jam setengah 12 siang.


Setelah itu saya dikasih kertas untuk langsung ke poli THT. Setelah muter-muter ga ketemu-temu dimana poli THT nya, akhirnya saya tanya dimana, dan ternyata poli THT digabung 1 ruangan sama poli Umum.

Pikiran saya jadi ga enak, Jangan-jangan nanti diperiksanya cuma kuping dikasih senter doang lagi, terus kupingnya dibersihkan ala kadarnya, bukan dengan bangku khusus buat sedot telinga yg biasanya ada di klinik THT.
Untungnya antrian di sana ga terlalu panjang, dan ketika nama saya dipanggil lalu saya masuk ke ruangan, ternyata bangku khusus tersebut ada di balik pintu, deuhh pantes aja ga keliatan!

Kemudian saya dipersilahkan duduk untuk dibersihkan telinganya. Dan sejauh itu petugas-petugasnya lumayan ramah kok.

Bahkan dokter THT nya sempet bercanda, "nih congeknya mau dibawa pulang ga?" Hahaha 

Layanan-layanan yang ada di Puskesmas. Lumayan lengkap juga kan.

Dokter-dokter di Puskesmas juga seringkali didatangkan dari RSCM.

☆ tips: kalau mau ke Puskesmas lebih baik datang pada hari kerja. Kalau hari sabtu pasti jauh lebih ramai lagi.


Setelah selesai, saya dikasih nota untuk dibawa ke kasir (tempat pendaftaran tadi), dan ternyata biaya bersihin telinga di Puskesmas adalah sebesar 30000 saja.

Ya lumayan banget lah dibanding harus ke klinik swasta yg bisa abis ratusan ribu. Oh iya saya ga pakai BPJS loh. Saya kesini cuma bermodalkan KTP aja.
Total biaya yg dikeluarkan 35000, dan saya datang jam 10 pagi, jam setengah 1 siang udah balik.
Jadi kalau mengalami sakit yg ga terlalu parah, coba aja berobat di puskesmas sesuai dengan kecamatannya masing2. Semoga membantu dan cepat sembuh!

UPDATE: Sekarang berhubung saya sudah mempunyai kartu BPJS / KIS, saya sudah tidak perlu lagi ke berobat ke Puskesmas ini dan tentunya ga perlu bayar lagi hehe. Silahkan dibaca detilnya: Proses Pembuatan BPJS & Pengalaman Berobat di RS Rujukan Siloam Hospitals